Minggu, 16 Oktober 2011

Khotbah Kebaktian Pembukaan Rapat Pendeta GBKP Senin 10 Oktober 2011 Di Suka Makmur, Sibolangit.


Syalom, mejuah-juah. Horas. Sebelum saya melanjutkan penjelasan khotbah ini, saya bersyukur kepada TUhan dan kepada panitia saya diberi kesempatan untuk membawa renungan dalam ibadah pembukaan Konven Pendeta ini. Ketika ditawari untuk tugas ini saya bertanya kenapa Ibu Pdt Bertha Tarigan, keanpa saya? Dan di jawabnya karena kebetulan thema yang dibahas adalah dari Perjanjian Baru pak. O begitu. Dan akhirnya saya saya sambut dengan baik. Saudara-saduara sebelumnya izinakn saya memperkenalkan diri di tengah-tengah kita, sekalipun sudah ada yang mengenal dan belum kenal. Nama saya Jonriahman Sipayung. Orang tua tinggal di Saran Padang, Dolok Silou. Melayani sebagai dosen fulltime di STT Abdi Sabda. Sudah berkeluarga, istri boru Purba, juga ikut bersama kita. Dia cantik dulu, dan juga saat ini. Kami dikarunia dua putra. Kami tinggal di Kampus STT dan bertetangga dengan Pdt. Dr. Jadiaman Perangin-angin. Dan tugas di STT di samping sebagai dosen saat hingga 2013 dipercaya sebagai Direktur pasca sarjana.
Saudara kekasih, mari kita lihagt kitab Galatia  ini. Paulus sebagai penulis kitab ini berbicara bahkan mendesak jemaat pentingnya hidup dalam tanggugjawab sebagai umat Allah. Pentingya hidup solidaritas terhadap terhadap manusia sebagai umat Allah. Kenapa saudara Paulus menekankan pentingnya bahasa tanggungjawab dan bahasa solidaritas ini. Untuk menjawab ini saya mengutip pandangan sorang ahli PB John M.G Barclay, dalam bukunya Obeying the truth, Paul Ethich in Galatians, menrutnya tujuannya adalah untuk mengajak menilai diri sendiri dan mengkritisasi diri sendri, supaya memiliki tingkat kesadaran etika yang tinggi.” Tentu ajakan ini sesuai dengan fenomena jemaat yang terjadi ketika itu yang sarat dengan keegosian, sarat narcisme merasa sor, enak sendiri. Saudara –saudara kekasih , kata narsisme kita pasti tau itu. Saya perhatikan di kamus kata narcis terkait dengan nama seorang Pemudua Narkiskos, yang dalam sejarahnya dia jatuh cinta dengan bayangannya sendiri, sutu ketika, ada sebuah kali yang bersih dan dalam. Dan dia meliaht banyangananya di kali ini. karena begitu cintanya dengan dirinya sendiri, sehingga dia hendak mengambil kecantikan itu tanpa dia sadar dia telah masuk ke dalam sungai yang dalam dan akhirnya meninggal. Sehingga orang yang narcis adalah orang yang hanya memperhatikan diri sendirinya , kelompok diri sendiri, marganya sendiri, dan tidak perduli dengan orang lain. Dan termasuk juga tidak perduli dengan kepedihan dan beban orang lain. Sosok mansuia seperti ini lambit  atau cepat akan megnamali hal yang sama seperti Narkiskos itu sendiri, tenggelam, jatuh sendiri, hanyut.
Saudara-saudara sama halnya dengan gereja-gereja saat ini termasuk gereja GBKP, nampaknya semangat kehadiran ke gereja kita menurun misalnya kalau di gereja kami GKPS kehadiran sekitar 35-40  % , dan 60 % lagi barangkali ada yang malas, ada yang pergi ke gereja lain. Dan nampaknya gereja beraliran kharismatik saat ini meningkat persentasi kehadirannya, persekutuannya. Tentu dengan keadaan ini gereja perlu menilai diri bahkan mengkritisi diri sendiri. Jangan-jangan tingkat kepedulian, dan tingkat kesolideran kita semakin kurang atau kabur? Atau jangan –jangan kita hanya sor sendiri dengan sistem-sistem yang tidak menyentuh dan tidak relevan lagi saat ini. Ini menjdi sebuah pertanyaan yang perlu dikaji lebih dalam lagi.
Saya membuat sebuah contoh gereja-gereja di China, bertumbuh pesat sekali saat ini. Mengapa contoh di China karena saya pernah studi di Hong kong 3,6 tahun. Di China sekalipun kegiatan-kegiatan gereja di awasi namun pertumbuhan gereja luar biasa banyaknya. Seperti yang dikatakan Mathews George Chunakara, Direktur Urusan Internasional dan Kesaksian Umum WCC, bahwa pertumbuhan Kristen di Cina "unik dan eksplosif." Awal tahun 1970-an, kekristenan hanya sekitar tiga juta orang namun sekarang, jumlah mereka mencapai 130 juta jiwa. Statistik ini saya kira ada benarnya. Hal ini saya hubungkan di Hong Kong sendiri yang jumlah penduduknya hanya 7 juta lebih sedikit tapi sekolah pendeta di Hong Kong ada 40 sekolah. Dan tentunya mereka yang yang lulus dari sekolah ini nantinya akan berdampak besar bagi dunia sekitarnya. Sekalipun mereka tidak semua menjadi pendeta, tetapi bekerja di lembaga-lembaga social atau NGO,  tetapi hidup mereka akan menjadi kesakisan bagi banyak orang. Dan saya kira semuan itu berdamapk pertumbuhan orang percaya. Banyak kegiatan-kegaitan yng ddilakuakn bukan hanya pegninjilan lagnsung, ttapi penegignjilan secara tidak langsung, msalnya dengna membuka les bahasa inggris, membuka posko-posko keseahtan, dan kegiatan social lainnya. Saya pernah mengkuiti sebuh kebaktian di Quanchou, ketika saya saya mau masuk ke gereja dan saya terkejud dei depan gereja itu di sediakan kaca mata yang biasa dipakai siapa saja ng membutuhkan. Dan kaca mata ini dalam jumlah yang banyak ada sampai 50 buah, dan saya bertanya kepda pentua gereja itu, pak itu kaca mata itu untuk apa? Jawab mereka itu adalah bekti kepudilian kami terhadap anggota jemaat karena banyak dari mereka sudah orang tua, dan tidak lagi bisa melhat dengan jelas saat membaca firman atau nyanyian kidung pujian. Penuturan penatua gereja menyadarkan saya oh begitulah pentingnya kepedulian terhadap kebuthan riel jemat. Dan ini juga menjadi teladan untuk gereja-gereja bagimana kita perduli terhadap kebutuhan riel, persoalan riel yang dihadapi oleh anggota jemaat bahkan yang dihadapi sesama manusia.
Sauara-saudaa keksih untuk pentngya kepduliaan, solidaritas terhadapo sesama, kita banyak belaajr dari Yesus, dan dalam kontek kita ini dari Paulus. Paulus dalam desakannya kepada jemat Galatia dengan tegas menyebtu:  “ bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu.” Kata bertolongan-tologan diterjemahkan dari bahasa Yunani bastazete verb imperative present active 2nd person plural from bastazw, bastazw, artinya bertolong-tolonganlah kamu, bahasa karo Sisampat-sampatenlah,  tapi makna bastazw juga mencakup “sabar menghadapi, tahan terhadap”. Dan Paulus juga menggunakan “kata beban” Dalam bahasa Yunani ta barh , ta barabeban-beban”. Tentu beban yang dimaksud di sini merujuk kepada beban yang di alami oleh manusia, yang dialami oleh jemaat, dalam pergumulannya sehari-hari. James GD. Dunn menyebut ketika Paulus berfikir tentang beban itu artinya mencakup seluruh beban mansuia, misalnya keadaan sakit-penyakit, cacat phisik, demikian juga tanggungjawab yang ditanggung oleh budak, janda dan tanggujawab finansial.  Kenneth S Wues, dalam Galatians in the Greek New Testament menyebut beban itu adalah semacam tanggungjawab anggota jemaat untuk kesejahteraan rohani anggota jemaat. Dari pandangan ini boleh kita simpulkan bahwa beban yang dimaksud adalah seluruhnya beban yang dialami manusis baik beban jasmani pun beban rohani. Itu menjadi tanggugnjawab gereja. Untuk Paulus mengajak dengan pemberitaan ini kepada kita dan mendesak gereja  untuk tidak sor sendiri, enak sendiri dengan sistem-sistem yang kita miliki, sor dengan penginjilan ke dalam saja, tetapi juga menyadari kan pentingnya menanggung beban sesama jemaat dan manusia secara luas. Gereja dipanggil menjadi berkat bagi orang lain, menangung beban orang lain / sesama. Dan gereja seperti inilah yang disebut Paulus Gereja yang memenuhi hukum Kristus. Itu berarti kita sebagai gereja tubuh Krsitus perlu menilai diri sendiri dan mengkritisasi diri sendri, dan system system yang sudah ada agar sadar bahwa tugas dan tanggungjawab kita sangat luas dan komprehensif. Seperti apa yang dsiampakan Yesus kita adalah garam dan terang dunia. Untuk menerangi dan  menggarami dunia sekitar yang sudah sarat dengan keegosian dan hidup narcistisme. Inilah pangggilan kepada kita untuk senantiasa memikirkan ulang lagi bagaimana peran kita dalam persekutuan, kesaksian, pelayanan di tengah-temah zaman yang semakin egois, dan narcistisme. Dan semua ini kita lakukan sebagai buah dari kasih Allah yang sudah dinyatakan dalam diri Yesus Kristus.
Dan sikap saling menanggung beban, terhadap sesama tentu itu dapat terjadi bila ada komunikasi yang akrab yang satu dengan yang lain, bila ada pemahaman bahwa kita adalah bersaudara di dalam Kristus. Tidak ada perbedaan.  Dan dalam memprlihatkan kepeuliaan kita ini diperlukan juga sikap sabar menghadapi, tahan terhadap berbagai pergumulan, tantangan yang ada. Dan satu keeyakinan kita sebagai umat Allah, Kristus memampukan kita menjadi saranaNya untuk mengatasi beban bagi jemaat demi kemuliaan TUHAN dan kesejahteraan umatNya. Amin.

Syalom, mejuah-juah. Horas. Sebelum saya melanjutkan penjelasan khotbah ini, saya bersyukur kepada TUhan dan kepada panitia saya diberi kesempatan untuk membawa renungan dalam ibadah pembukaan Konven Pendeta ini. Ketika ditawari untuk tugas ini saya bertanya kenapa Ibu Pdt Bertha Tarigan, keanpa saya? Dan di jawabnya karena kebetulan thema yang dibahas adalah dari Perjanjian Baru pak. O begitu. Dan akhirnya saya saya sambut dengan baik. Saudara-saduara sebelumnya izinakn saya memperkenalkan diri di tengah-tengah kita, sekalipun sudah ada yang mengenal dan belum kenal. Nama saya Jonriahman Sipayung. Orang tua tinggal di Saran Padang, Dolok Silou. Melayani sebagai dosen fulltime di STT Abdi Sabda. Sudah berkeluarga, istri boru Purba, juga ikut bersama kita. Dia cantik dulu, dan juga saat ini. Kami dikarunia dua putra. Kami tinggal di Kampus STT dan bertetangga dengan Pdt. Dr. Jadiaman Perangin-angin. Dan tugas di STT di samping sebagai dosen saat hingga 2013 dipercaya sebagai Direktur pasca sarjana.
Saudara kekasih, mari kita lihagt kitab Galatia  ini. Paulus sebagai penulis kitab ini berbicara bahkan mendesak jemaat pentingnya hidup dalam tanggugjawab sebagai umat Allah. Pentingya hidup solidaritas terhadap terhadap manusia sebagai umat Allah. Kenapa saudara Paulus menekankan pentingnya bahasa tanggungjawab dan bahasa solidaritas ini. Untuk menjawab ini saya mengutip pandangan sorang ahli PB John M.G Barclay, dalam bukunya Obeying the truth, Paul Ethich in Galatians, menrutnya tujuannya adalah untuk mengajak menilai diri sendiri dan mengkritisasi diri sendri, supaya memiliki tingkat kesadaran etika yang tinggi.” Tentu ajakan ini sesuai dengan fenomena jemaat yang terjadi ketika itu yang sarat dengan keegosian, sarat narcisme merasa sor, enak sendiri. Saudara –saudara kekasih , kata narsisme kita pasti tau itu. Saya perhatikan di kamus kata narcis terkait dengan nama seorang Pemudua Narkiskos, yang dalam sejarahnya dia jatuh cinta dengan bayangannya sendiri, sutu ketika, ada sebuah kali yang bersih dan dalam. Dan dia meliaht banyangananya di kali ini. karena begitu cintanya dengan dirinya sendiri, sehingga dia hendak mengambil kecantikan itu tanpa dia sadar dia telah masuk ke dalam sungai yang dalam dan akhirnya meninggal. Sehingga orang yang narcis adalah orang yang hanya memperhatikan diri sendirinya , kelompok diri sendiri, marganya sendiri, dan tidak perduli dengan orang lain. Dan termasuk juga tidak perduli dengan kepedihan dan beban orang lain. Sosok mansuia seperti ini lambit  atau cepat akan megnamali hal yang sama seperti Narkiskos itu sendiri, tenggelam, jatuh sendiri, hanyut.
Saudara-saudara sama halnya dengan gereja-gereja saat ini termasuk gereja GBKP, nampaknya semangat kehadiran ke gereja kita menurun misalnya kalau di gereja kami GKPS kehadiran sekitar 35-40  % , dan 60 % lagi barangkali ada yang malas, ada yang pergi ke gereja lain. Dan nampaknya gereja beraliran kharismatik saat ini meningkat persentasi kehadirannya, persekutuannya. Tentu dengan keadaan ini gereja perlu menilai diri bahkan mengkritisi diri sendiri. Jangan-jangan tingkat kepedulian, dan tingkat kesolideran kita semakin kurang atau kabur? Atau jangan –jangan kita hanya sor sendiri dengan sistem-sistem yang tidak menyentuh dan tidak relevan lagi saat ini. Ini menjdi sebuah pertanyaan yang perlu dikaji lebih dalam lagi.
Saya membuat sebuah contoh gereja-gereja di China, bertumbuh pesat sekali saat ini. Mengapa contoh di China karena saya pernah studi di Hong kong 3,6 tahun. Di China sekalipun kegiatan-kegiatan gereja di awasi namun pertumbuhan gereja luar biasa banyaknya. Seperti yang dikatakan Mathews George Chunakara, Direktur Urusan Internasional dan Kesaksian Umum WCC, bahwa pertumbuhan Kristen di Cina "unik dan eksplosif." Awal tahun 1970-an, kekristenan hanya sekitar tiga juta orang namun sekarang, jumlah mereka mencapai 130 juta jiwa. Statistik ini saya kira ada benarnya. Hal ini saya hubungkan di Hong Kong sendiri yang jumlah penduduknya hanya 7 juta lebih sedikit tapi sekolah pendeta di Hong Kong ada 40 sekolah. Dan tentunya mereka yang yang lulus dari sekolah ini nantinya akan berdampak besar bagi dunia sekitarnya. Sekalipun mereka tidak semua menjadi pendeta, tetapi bekerja di lembaga-lembaga social atau NGO,  tetapi hidup mereka akan menjadi kesakisan bagi banyak orang. Dan saya kira semuan itu berdamapk pertumbuhan orang percaya. Banyak kegiatan-kegaitan yng ddilakuakn bukan hanya pegninjilan lagnsung, ttapi penegignjilan secara tidak langsung, msalnya dengna membuka les bahasa inggris, membuka posko-posko keseahtan, dan kegiatan social lainnya. Saya pernah mengkuiti sebuh kebaktian di Quanchou, ketika saya saya mau masuk ke gereja dan saya terkejud dei depan gereja itu di sediakan kaca mata yang biasa dipakai siapa saja ng membutuhkan. Dan kaca mata ini dalam jumlah yang banyak ada sampai 50 buah, dan saya bertanya kepda pentua gereja itu, pak itu kaca mata itu untuk apa? Jawab mereka itu adalah bekti kepudilian kami terhadap anggota jemaat karena banyak dari mereka sudah orang tua, dan tidak lagi bisa melhat dengan jelas saat membaca firman atau nyanyian kidung pujian. Penuturan penatua gereja menyadarkan saya oh begitulah pentingnya kepedulian terhadap kebuthan riel jemat. Dan ini juga menjadi teladan untuk gereja-gereja bagimana kita perduli terhadap kebutuhan riel, persoalan riel yang dihadapi oleh anggota jemaat bahkan yang dihadapi sesama manusia.
Sauara-saudaa keksih untuk pentngya kepduliaan, solidaritas terhadapo sesama, kita banyak belaajr dari Yesus, dan dalam kontek kita ini dari Paulus. Paulus dalam desakannya kepada jemat Galatia dengan tegas menyebtu:  “ bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu.” Kata bertolongan-tologan diterjemahkan dari bahasa Yunani bastazete verb imperative present active 2nd person plural from bastazw, bastazw, artinya bertolong-tolonganlah kamu, bahasa karo Sisampat-sampatenlah,  tapi makna bastazw juga mencakup “sabar menghadapi, tahan terhadap”. Dan Paulus juga menggunakan “kata beban” Dalam bahasa Yunani ta barh , ta barabeban-beban”. Tentu beban yang dimaksud di sini merujuk kepada beban yang di alami oleh manusia, yang dialami oleh jemaat, dalam pergumulannya sehari-hari. James GD. Dunn menyebut ketika Paulus berfikir tentang beban itu artinya mencakup seluruh beban mansuia, misalnya keadaan sakit-penyakit, cacat phisik, demikian juga tanggungjawab yang ditanggung oleh budak, janda dan tanggujawab finansial.  Kenneth S Wues, dalam Galatians in the Greek New Testament menyebut beban itu adalah semacam tanggungjawab anggota jemaat untuk kesejahteraan rohani anggota jemaat. Dari pandangan ini boleh kita simpulkan bahwa beban yang dimaksud adalah seluruhnya beban yang dialami manusis baik beban jasmani pun beban rohani. Itu menjadi tanggugnjawab gereja. Untuk Paulus mengajak dengan pemberitaan ini kepada kita dan mendesak gereja  untuk tidak sor sendiri, enak sendiri dengan sistem-sistem yang kita miliki, sor dengan penginjilan ke dalam saja, tetapi juga menyadari kan pentingnya menanggung beban sesama jemaat dan manusia secara luas. Gereja dipanggil menjadi berkat bagi orang lain, menangung beban orang lain / sesama. Dan gereja seperti inilah yang disebut Paulus Gereja yang memenuhi hukum Kristus. Itu berarti kita sebagai gereja tubuh Krsitus perlu menilai diri sendiri dan mengkritisasi diri sendri, dan system system yang sudah ada agar sadar bahwa tugas dan tanggungjawab kita sangat luas dan komprehensif. Seperti apa yang dsiampakan Yesus kita adalah garam dan terang dunia. Untuk menerangi dan  menggarami dunia sekitar yang sudah sarat dengan keegosian dan hidup narcistisme. Inilah pangggilan kepada kita untuk senantiasa memikirkan ulang lagi bagaimana peran kita dalam persekutuan, kesaksian, pelayanan di tengah-temah zaman yang semakin egois, dan narcistisme. Dan semua ini kita lakukan sebagai buah dari kasih Allah yang sudah dinyatakan dalam diri Yesus Kristus.
Dan sikap saling menanggung beban, terhadap sesama tentu itu dapat terjadi bila ada komunikasi yang akrab yang satu dengan yang lain, bila ada pemahaman bahwa kita adalah bersaudara di dalam Kristus. Tidak ada perbedaan.  Dan dalam memprlihatkan kepeuliaan kita ini diperlukan juga sikap sabar menghadapi, tahan terhadap berbagai pergumulan, tantangan yang ada. Dan satu keeyakinan kita sebagai umat Allah, Kristus memampukan kita menjadi saranaNya untuk mengatasi beban bagi jemaat demi kemuliaan TUHAN dan kesejahteraan umatNya. Amin.

Khotbah Minggu 16 Oktober 2011 “Bayak ma ham bani sagala horja na madear” (Lukas 12:15-21) Di GKPS Belawan


Horas ma hubanta haganupan. Aha do manurut ham ukuran ni halak bayak? Ra boi sobutan: pinahanni, buei pirak pirak pakon omasni. Songonsi Abraham na ijia. Sonari on halak na bayak aima buei pemasukanni, buei stok baik I bank atap hapal depositoni. Buei homa rumah kontrakanni pnl. Artini  na isobut bayak aima anggo buei harta atap sinadonganni. Bani konsep zaman sonari on, na igoran nabayak lang be  na memiliki harta yang banyak, tapi halak na punya jaringan networking, hubungan komunikasi dengan banyak orang on ma igoran na bayak. Anjaha igoran halak do homa anggo domma buei harta, buei homa hasoman, dong homa kuasa, jabatan, on na igoran halak na sukses. Apalagi ma ihubungkon hita bani Falsafah ni halak Batak Toba, hamoraon, hasangapon pakon hagabeon on kriteria kesuksesan. Naha ma nurut ham kriteria habyakon ai?
Hita haganupan bani ambilan on ipatangkas do hubanta bahkan ibahen Tuhan Yesus do koreksi hubani halak na bayak. Koreksi on aima sangat tajam dan bernas. Bani perikop on isobut do halak na bayak tapi oto. Tapi porlu sobutanta age sonai kritikan pakon lumba-lumban ni Yesus on, sedo na anti ia bani habayakon, sedo anti ia anggo tambah-tambah arta gono ginita. Atap Yesus meyenjung-nyanjung na miskin, lang ai maksudni. Dingat hita arta, aima pasu-pasu ni Naibata. Bandinghon hita Abraham aima sada halak na bayak bani goluhni. Bani 1 Musa 13:2 isbout do habayakon nisi Abraham: buei do pinahan , pirak pakon omasni. Bani 5 Musa 28:11-14, Habayakon aima sibere-bere silayak-layak ni Naibata. Tapi sedo na mararti anggo miskin hita lang na ipasu-pasu Naibata hita. Sedo ai maksudni. Tapi aha na sihol ihatahon teks on hubanta aima ase haganupan hita punya sikap na sintong, sikapna iharosuhkon Naibata. Punya pemahaman bahwa goluhta aima sibere-bere ni Nabata, aha na imiliki hita aima humbani Nabata. Janah prinsip kebahagiaan bani goluh on porlu ipahami hita “sedo sadiha bahat na humiliki (not how much I have) on sipentingan. Tapi aha na ihorjahon hita marhitei aha na adong banta (what we do with what we have). Artini kebahagiaanta aima di saat kita memberi. Yakindo ham ijon. Contoh, aha do malas ni uhurni sada ompung hubani pahompuni aima sanggah boi ia mambere perhatian pakon age hinangonni hubani pahompouni.
Nini Tuhan Yesus bani ambilan on  ase porlu jaga, porlu iarusi hita sinadongan na imiliki hita aima sibere-bere ni Nabiata, pasu-pasu ni Naibata, halani ningon pakeion do ai homa bahen hasangapon ni Naibata, taridah marhitei kepeduliaanta hubani hasomanta.
Isobut do marhitei limbaga on, “adong sada halak na bayak, buei do gogoh ni jumani”, lang pala isobut tangkas hunja atap naha ase boi ia kaya. Apakah halani hasil korupsi, apakah hasil penindasan, misalni sebagai kepala, isunat gajini bawahanni, tapi pitah isobut buei do gogohni jumani, artini marhasil na sinuanni, harga ni suan-suan pe homa mahol. Gabe tudu ma haganup. Isobut homa marhitei hasil produksi ni jumani pe “seng dong be hasiatan ni gogoh ni jumani”. Halani situasi sisonon, nini ma hubani dirini sandiri”  aha ma sibahenonku? Dob ai iputus honni ma sonon ma nini “on m hubaen, huparseda ma tuanganku, anjaha hupauli ma siabanggalhonni ai, ase hujai hupataumpu ganup omei ai ampa artaku haganup”. Anjah ningku ma , ale tonduyhu ai domma domma sir-sir buei artamu, sungkup piga-piga tahun on, ai pe marsarana ma ho , mangan , minum anjaha marmalas ni uhur: (ayat. 19). 
Hita haganaupan ijon taridah halak na bayak on pitah mamingkirhon dirini sandiri. Marulak-ulak ihatahon sikap keegoisanni, pitah dirini sandiri: misalnia :Marpingkir ibagas uhurni (1), aha ma sibahenonku (2), ai seng be hasiatan be hasil jumaku (3), huparseda ma tuanganku (4), hupatumpu ma ganup omei pakon artaku (5), anjaha ningku (6) bani tonduyhu (7), ale tonduyhu (9), domma sir-sir buei artamu (mu = 10), ai pe marsaran ma ho (11). Hita haganupan sampulu sadahali ma isobut pitah hubani dirini sandiri. Ijon ma pataridahkon sikap na egois, sikap pitah mamikirhon dirini sandiri. Anjaha halak na pitah mamikirhon ni dirini sandiri. Lang piga hasomanni on, porini pe dong hasomanni, pitah dalam rangka meraup keuntungan dohansi ia. Misalni contoh, dong itongah-tongah ni jolma mambere maol tumang, pasal pengeluaran mahol tumang. Age pe dong do bani. Anjaha anggo dong tumpuan-tumpuan marosuh tumang on ibayari hansa, anggo mambayar age ulang. Dos ma on songon lagu ni Simalungun ai, mambere ulang tapi pitah manjalo hansa. Dingat hita halak na pitah mamingkirhon dirini sandiri, lang marosuh hasoman bani halak si sonon. Bahkan nini Jesus hubani halak na lang anjai ra marbagi hubani hasoman apalagi hasoman na sedang membutuhkon; on ipados ma ai bani na sobut ni Jesus hubani sada garama na bayak ai “Anggo sihol uhurmu gok dear ho, laho ma, jual ma haganup na dong bam, pambere ma bani na masombuh, ase mararta ho i nagori atas. Dob ai roh ma ho mangirikkon Ahu! Mambogei hata ai anak garama ai, laho ma ia ibagas pusok ni uhur, ai buei do artani.” (Mat 19:21-22). On bukti halak na pitah mamikkon dirini sandiri hansa. Lang jumahan malas ni uhur. Nini umpasa Simalungun: padar gambiri mardepek-depk, sarihon ban diri ulang tedek-tedek”. Tontu umpasa on lang relevan ai bani goluhni halak na dob porsaya. Tapi prinsip berbagi janah sir-sir mambere pasu-apsu na dob ijaloni ai hubani Tuhan age hubani hasoman. Ijai do marmals ni uhur hita. Halani tangkas do isobut: Martuahan do na mambere ase na manajlo” (Lah 20:35). Ase tongon ma kebahagiaan / malas ni uhurta, aima sedo halani sadiha bahat na imiliki hita, tapi naha do hita manggunahan na adong banta laho mangurupi halak na legan.
Hita haganupan bani ayat parpudi ni ambilan on isobut do sada ketegasan , “e ho na oto! Saborngin on buaton ma hosahmu, na napinasirsirmu in bani ise ma in?” Sonai ma ujung ni halak na patumpu-tumpu arta bani dirini sandiri, anggo seng bayak ia bani Naibata”. Artini hape goluh ni halak na bayak, na memiliki arta gini gono tanpa igunahon ai bahen hasangapon ni Naibata pakon bahen malas ni uhuru bani halak na legan, marisuang, soya soya ma kehidupanni ai, berakhir ibagas pusok ni uhur. Aturanni useful / mardinok, hape gabe useless / lang adong dinokni be / parsuma.
Adong kalimat na jenges tumang na isobuthon hubanta bani panorang on “ase bayak ma hita bani na madear”. Seruan on pataridahkon lang adong perbedaan intongah-tongahta be. Bahkan bani 2 Korintus 8:9, marhitei idop ni uhurni Yesus na bayak hinan gabe masombuh ase bayak hita”. On pertanda lang marosuh Tuhan mangidah hita ibagas kondisi na miskin, tapi gabe halak na bayak. Bayak lang pitah bani soal materi tapi bayak bani na madear. Bayak bani perhatian bani halak na legan, bayak bani holong, janah bayak bani toruh ni uhur. Ampa bayak, layak homa marsibere-bere. On ma hasaksian na ipataridah bani kuria na paorlobei aima sauhur sapanriah do sidea hira parbagian rup do ihira na dong bani sidea. Marhiti hasiksian namadear ai  lambin buei do bilanganni ni naporsaya mangihutkan Yesus, halani hasaksianni pakon perhatian, pambahenan ni sidea na bayak marsibere-bere, marholong bani halak na legan. On ma homa ihasiholhon Tuhanta hubanta ase gabe halak na bayak hita bani na madear, si ma homa hitei ni Tuhan mamasu-masu, mangurupi halak na legan. Dingat hitama  ihaholongi Nabaita do halak na punya komitment mau berbagi, solider dengan orang lain, berbagai kasih hubani halak na legan ( 2 Korintus 9:15). Sebalikni halak na sai pagugun-gugun na adpong bani do lalap ma seng anjai jumppahan maasl ni uhur,  “Tapi ingat nasiam ma on: Na mantidahkon otik, otik do sabionni; na mantidahkon buei, buei do sabionni.” (2 Kor 9:6). Ase ipargogohi Tonduy in ma hita ase “bayak ma ham bani sagala horja na madear”Amin.