Minggu, 12 Juni 2011

Khotbah Minggu Exaudi: John 7:37-38

Khotbah Minggu Exaudi: John 7:37-38 (05 Juni 2011)
“Yesus adalah Sumber Air Hidup”
Syalom saudara—saudara rasanya hidup tanpa air tidak dapat kita bayangkan bagaimana susahnya dan repotnya. Coba kita bayangkan saja di Perumnas ini tidak jalan air dua hari saja. Semuanya akan repot dan heppot dan teriak-teriak. Di rumah kami STT Abdi Sabda sering kekurangan air. Sehingga ibu di rumahpun sering mengeluh bagaimana ini tidak ada air. Apapun tidak bisa di kerjakan. Bahkan bukan saja ndak bisa cuci piring, masak air untuk di kamar mandi, untuk air toilet tidak ada. Ini pertanda hidup tanpa air mendatangkan masalah. Bukan hanya masalah keluarga, tetapi juga masalah nasional dan masalah global. Di mana tidak ada air di situ akan lahir masalah kehidupan. Karena itu PPB sudah mencangkan ada Hari Air Sedunia yaitu tanggal 22 Maret setiap tahun. Tujuannya supaya kita perlu menjaga pentingnya pelestarian lingkungan, pentingnya untuk menghemat penggunaan air. Karena banyak orang menderita saat ini karena kekurangan air. Saya pernah melhat sebuah di dalam film seoran orang tua karena tidak ada lagi air, air kencing kerbau pun mereka tampung untuk air minum.
Masalah air itu bukan hanya masalah jasmani, duniawi saja, tetapi ini juga mendapat perhatian penting dalam Alkitab. Masih ingatkah kita bagaiamana bangsa Israel yang kekurangan makanan dan minuman ketika dalam perjalanan di padang gurun, mereka bersungut-sungut dan akhirnya Tuhan memberikan makanan dan minuman untuk menghidupi mereka. Air sangat penting bagi manusia dulu dan sekarang. Dalam Matius 10:42 disebutkan: “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
Demikian juga dalam pemberitaan firman hari ini menjelaskan tentang Air. Yesus menyebutkan dalam perayaan pesta pondok Daun di Yerusalem itu Dia menyebut “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum” (ay.37). Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah sumber air minum. Yesus adalah sumber pelepas dahaga. Yesus adalah sumber kekuatan yang baru. Hal ini erat dengan apa yang sudah disampaikan Tuhan Yesus kepada perempuan Samaria: Barang Siapa minum air ini ia tidak haus lagi” (Yoh 4:13).
Yesus menyebutkan : “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Ini adalah undangan bagi setiap orang tanpa ada pemisahan. Ini tidak dialamatkan hanya untuk satu marga, misialnya hanya marga Siahaan, Sinaga, atau Sipayung, tapi untuk semua marga. Ini bukan hanya dialamatkan kepada kelompok-kelompok tertentu saja, gereja tertetnu saja, atau hanya kepada yang punya jabatan tertentu, tetapi untuk semua orang yang merasa haus. Dan kepada kita saat ini yang hadir di ruangan ibadah ini terpanggil juga untuk datang dan minum dari Tuhan Yesus.
Saudara yang terkasih di sini ada perkataan haus dan datang. Orang yang haus inilah yang datang kepada Tuhan, orang yang lapar inilah yang datang kepada Tuhan Yesus untuk diberi kepuasan dan kenyang. Orang yang letih dan lesu kita datang kepada Yesus. Kalau kita hubungkan dengan diri kita apakah yang mendorong kita datang kepada TUhan saudara-saaudara?
Apakah karena kita haus, atau karena kita lapar, karena kita menderita? Ya kalau kita haus akan kasih Allah, kita haus dan lapar akan anugerah Allah. Kita rindu kiranya Tuhan menguatkan kita. Saya kira inilah yang mendorong kita untuk selalu mau hadir ke gereja Tuhan. Kita yakin Dialah sumber air kehidupan yang memberikan kita suka cita dan kelegaan dalam menjalani kehidupan yang ada.
Tapi saudara di zaman modern ini ada orang datang ke gereja bukan karena haus akan anugerah Tuhan, haus akan berkat Tuhan, namun sebaliknya dia haus akan kuasa, sehingga dia harus dihormati, perkataannya harus dilakukan kalau tidak dia kan ngambek. Ada orang yang datang haus akan pujian, karena itu dia harus dipuji-puji, di sanjung dan kalau dia menyumbang harus namanya dipampang secara besar-besar, kalau tidak begitu jangan harap dia mau nyumbang lagi. Ada juga yang datang ke gereja dengan berlian bergelimang tapi pelit sekali untuk menyumbang, Ada yang datang dengan mobil menawan, tapi jarang sekali ikut pelayanan, ada datang untuk bersaksi,tapi hanya untuk kebanggaan pribadi. Ada juga orang mau datang ke gereja dengan mau menjadi pelayanan gereja tetapi mempunyai jiwa bukan pelayan tetapi pedagang. Artinya dia mau untuk mendapatkan berkat yang melimpah. Aku sudah jual, kamu harus beli. Jiwa seperti ini bisa saja muncul di benak kami sebagian para pengkhotbah , pendeta, karena itu kalau khotbah sudah ada yang main target-targetan, kalau tidak sebegini besarnya saya tidak mau. Itulah jiwa seorang pedang dan bukan pelayan.
Saudara-kekasih kita datang ke rumah Tuhan adalah karena ucapan syukur kita Tuhan telah memberikan makanan,dan kebutuhan hidup bagi kita, bahkan kebutuhan rohani, Dia Kristus rela memberikan air kehdiupan, yaitu hidup yang kekal kepada setiap orang yang datang dan percaya kepdaNya. Sehingga kehadirann kita di dalam persekutuan adalah tanda kehadrian yang bersyukur, atas kasih dan anugerah Tuhan keapda kita. Sebab kita sudah melihat dan sudah mengtahui bahwa keselamatan, kehidupan yang kekal sudah menajdi milik kita karena itu kita yakin dan percaya terhadap Yesus.
Dan saudara orang yang datang kepda Yesus, bukan hanya dituntut dia percaya dan yakin tetapi hidupnya diundang untuk menglirkan aliran-aliran air hidup (ay.38). Artinya kita diundnag Tuhan juga menjdi sarana berkatNya untuk berbagi kasih, untuk berbagi kepedulian kepada orang lain.Kita sudah diberi oleh Yesus Kristus air kedidupan yang tidak pernah habis. Ini mendorong kita untuk juga mau berbagi dan bersaki, perduli kedapa orang lain. Sama aseperti orang samria yang telah mendpat kan air hdup itu dia berbsaksi kepda banyak orang mengenai Yesus. Saduara kekasih ada sebuah cerita yaitu seorang anak kecil sedang makan ayam goreng bersama ayah orang tuanya. Anak ini lahap sekali menikmati makan ayam goreng yang dibelikan oleh bapanya. Tiba-tiba bapa ini berkata , anak bolehkah saya minta sedikit ayamnya. Kata anak itu jangan tidak boleh, karena itu kan punya saya, sambil menjauhkan ayam goreng yang ada di depannya. Saudara-saudara secara akal pandangan anak ini adalah tidak tepat. Sebab ayam itu adalah pemberian orang tuanya, tentu sang ayah berhak untuk mengambil dan mina ayam itu dari anaknya. Namun anaknya tidak mau sama sekali memberinya. Saudara - saudara kerap kali dalam hidup kita juga seperti seorang anak itu, kita sudah diberkati Tuhan, sudah diberi air kehidupan dan di saat Tuhan meminta sedikt saja waktu, tenaga, uang atau juga hati kita supaya kita berbagi kepada orang yang membuthkan kita menolaknnya dengan berbagai alasan. Kita menganggap semua itu adalah milik kita. Padahal Tuhan menghendaki kita supaya bertolong-tolongan menanggung beban saudara-saudara kita. (bnd. Gal 6:2).
Karena itu saudara Kita bersyukur atas air kehidupan yang sudah dialirkan di dalam tubuh dan kelaurga ktia masing-masing. Yesus rela mati mencurahkan darahNya di kayu, dia mati untuk kehidupan kita. Terima kasih atas anugerahMu. Engkau telah memberi air hidup itu dengan Cuma-Cuma, gratis kepada kami. Oleh karena itulah tolong dan kuatkanlah kami lewat Roh Kudus supaya kami juga rindu untuk datang dan bergantung hanya kepada Tuhan Yesus bukan datang dan bergantung kepada kuasa-kuasa kegelapan, atau bergantung kepada kemampuan kekuatan kami sendiri. Dan biarlah tindakan Yesus memberi kebutuhan bagi kita memberkati kita dapat kita bagikan kepada orang lain melalui aksi berbagi kasih, berbagi kepedulian, pertolongan sehingga air mata yang ada di sekitar kita boleh menjdi mata air. Artinya kesedihan yang diderita oleh sesama kita boleh terbantu, lewat sikap kasih dan kepedulian kita buat mereka . Dengan hidup seperti ini semakin banyak orang melihat dan percaya Yesus adalah sumber air kehidupan yang kekal. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar