Senin, 13 Juni 2011

kata-kata mutiara

John Selden (1584-1654) pernah bebicara sinis terhadap para pengkhotbah: “Preachers say, do as I say, not as I do” (Para pengkhotbah mengatakan, lakukan seperti apa yang aku katakan, jangan seperti yang aku lakukan”.

PERANAN WANITA TONGAH-TONGAH KEHIDUPAN ZAMAN MODERN PAKON POSTMODERN

PERANAN WANITA TONGAH-TONGAH KEHIDUPAN ZAMAN MODERN PAKON POSTMODERN
(Di sampaikan dalam ceramah Wantia GKPS Kampugn Durian, Medan)
Jumat 3 Juni 2011.
Oleh
DR. Jonriahman Sipayung (Dosen STT Abdi Sabda Medan)
Zaman apakah zaman sekarang ini?
Ada menyebut zaman modern adalah zaman baru, zaman mutakhir. Dan zaman modern ini punya dampak yang luar bisa. Misalnya industri komunikasi yang canggih saat ini. Dengan ditemukannya alat komonikasi yang canggih saat ini seperti alat seluler Hand Phone, IPod, face book, twitter, dll membuat kita semakin dekat dan cepat melakukan banyak hal. Dengan hubungan lewat telekomunikasi canggih sekarang ini jarak tidak lagi menjadi penghalang bagi kita untuk berkomunikasi. Sehingga boleh kita sebut tidak ada lagi-lagi batas-batas di antara kita (borderless) sebab kita bisa melihat walaupun berjauhan, kita bisa komunikasi begitu cepat dan apa yang terjadi di sebuah Negara yag jauh kita dapat dengan cepat mengetahinya. Bahkan dalam zaman yang modern ini,.misalnya kita menemukan kesulitan-kesulitan untuk mencari defenesi tertentu yang kita senangi, saat ini sangat gampang sekali. Hanya klik atau sentuh (touch) situs tertentu atau klik w.w.w…Sudah kita akan diberi informasi yang luar biasa banyaknmya. Misalnya klik http://radhityanotes.com/read/2011/04/07/34/berikut-ini-adalah-7-tip-rahasia-supaya-awet-muda.html. Dengan website ini muncul informasi mengenai 7 rahasia awet muda, Tentu informasi ini sangat penting bagi kita. Misalnya menurut informasi ini rahasia awet muda adalah sebagai berikut: 1. Selalau merasa bahagia (ada optimisme), 2. Perlu banyak bergerak, misalnya olahraga dengan olah raga risiko terkena serangan jantung, osteoporosis, dan kanker pun akan mengecil; 3. Perlu mengkonsumsi vitamin C, misalnya mengkonssumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengadung banyak serat; 4. Menggunakan pelindung dengan lotion-lotion tertentu; 5. istiraht cukup; 6. Perhatikan penampilan, sekalipun usia terus bertambah namun perlu penampilan atau tata rias diperhatiakan, 7. Optimis.
Misalnya untuk mengetahaui resep keluarga yang baik, hanya klik saja www.: http://female.kompas.com/read/2009/10/13/14354881/Resep.Keluarga.Bahagia. Dengan hanya mengklik ini muncul rahasia keluarga bahagia Tentu kita sepanagn hidup butuh tahu apa arahsia keluarga bahagia. Menurut informasi dari WWW ini ada beberapa hal:1. Mengetahui siapa dirinya Kenali diri sendiri), 2. Perlu bersandar pada orang lain artinya kita dengan orang lain sesama dan tetangga, (Tentu perlu juga bersandar kepada Tuhan) 3. Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana mengatasi keterpurukan misalnya dengan mengajak anak-anak punya optimisme dan bersyukur, 4. Pentingya ada waktu bersama dengan keluarga. Inilah menurut Scott Haltzman, MD, penulis buku The Secrets of Happy Families rahasia atau resep keluarga bahagia. .
Jadi hanya dengan klik saja ini dan itu kita sudah banyak sudah dapat mengakses informasi apa yang kita ingin. Tentu bayak lagi yang dapat kita lacak melalui mengakses internet saja, itu semuanya karena kemajuan zaman. Sekalipun zaman modern ini dapat juga melahirkan dampak yang kurang baik msialnya dalam zaman modern ini tidak ada lagi waktu tersisa untuk istirahat, kita begitu cepat bergerak dan mengabaikan komunitas-komunitas yang ada. Zaman ini mementingkan pengetahuan / otak manusia. Ilmu adalah segala-galanya. Bahkan lebih radikal lagi ilmu pengtahuan menjadi Tuhannya. Semua keadaan ini membawa kita menjauh dari Allah. Sehingga keadaan ini membawa kita kepada sekularisasi artinya yang berkaitan dengan moralitas yang disampaikan oleh agama tidak perlu lagi.
Di samping adanya zaman modern saat ini juga yang disebut dengan postmodernisme (posmo), artinya secara sederhana masa setelah zaman modern. Beberapa ciri dari zaman posmo ini adanya paham relativisme, pluralisme, misalnya mengenai kebenaran relative sifatnya. Pengetahuan adalah benar, tetapi perasaan saya juga benar. Apa yang saya katakana adalah benar, dan apa yang kamu katakana itu adalah benar. Kepercayaanku benar, demikian juga kepercayaanmu benar. Jadi kebenaran ada di mana-mana. Sehingga kebenaran menjadi semu dan relative. Inilah gagasan yang disampaiakn dalam zaman postmodern ini. Pertanyaan kita bagaimanakah sikap wanita dan peranan wanita dalam gaya hidup modern dan post modern ini?
Sebelum saya mengusulkan bagaimana sikap dan peranan wanita dalam gaya hidup modern ini, ada baiknya kita jelaskan dulu siapakah yagn bernama wanita atau perempuan?
Dilihat dari bahasa Sansekerta kata perempuan itu berasal dari kata “mpu” berarti “tuan”yang dapat memiliki kuasa. Dari bahasa Melayu perempuan disebut “empu” yang artinya ibu dan puan bentuk feminis dari tuan. Jadi perempuan dari pengertian ini adalah sebagai tuan atau puan yang diempukan atau yang dihormati. Bagaiaman dengan kata “wanita”? Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “elok dan cantik”. Dengan artian ini dapat kita sebut yang namanya wanita adalah menunjukkan sosok pribadi yanag cantik dan elok. Kita perlu bangga dengan arti ini. Bisa dibandingkan dalam Alkiab ketika penciptaan sudah selelesai Allah menyebut “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baikdibuat Allah” (Kej 1:31). Adakah perbedaan ari perempuan dan wanita? Pada hakatnya itu tidak berbeda. Baik perempuan dan wanita punya arti yang sama yaitu dipahami sebagai orang diempukan dan dihormati. Pemahaman ini mendorong kita untuk menyapa dan mempraktekkan sikap menghormati perempuan bukan sebaliknya..
Kalau kita meneliti dari suddut Alkitab tentang arti kata perempuan sangat berhubungan dengan laki-laki. Dalam bahasa Ibrani ada kata isysya, issa artinya perempuan atau istri. Sedangkan untuk kata laki-laki disebut iss, yang artinya suami atau tuan. Hubungan kedua kata ini erat kaitannya sekali. Berdasarkan informasi Alkitab perempuan disebut “diambil dari tulang rusuk laki-laki” (bnd. Kej 2:22). Ini jua memprlihatkan adanya kesatuan antara perempan dan laki-laki adalah hubungan yang tak terpisahkan. Bahkan Perempuan dan laki-laki adalah sama-sama gambar Allah (Kej 1:27). Kata isysya, issa diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yaitu , gune yang artinya wanita, baik menunjuk wanita yang sudah atau yang belum menikah juga termasuk janda (Mat 11:11, 14:21). Kata ini juga dipakai menunjuk kepada istri (bnd. Mat 1:20. 1 Kor 7:3-4). Perkataan gune dalam bahasa Yunani dimaknai sebagai makna positif yaitu menunjukkan kehebatan (severity: kekerasan, kehebatan, kesederhanan) dan penghormatan (respect), serta mendatangkan rasa kasih (endearment). Misalnya Yesus menggunakan kata gune ini tujuannya untuk menunjukkan “kehebatan” iman seseorang perempuan. Yesus menyebut: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." (Mat 15:28, bnd. Yoh 2:4, 4:21, 19:26). Dalam bahasa Yunani ada beberapa istilah untuk menunjuk kepada perempuan atau wanita (female) misalnya, kata  thelus artinya perempuan (bnd. Mrk 10:6). Kata thelus ini menunjuk kepada perempuan yang belum menikah (bnd. Mat 1:23). Kata ini sejajar dengan arti parthenos yaitu seorang yang masih perawan. Istilah lain  chera untuk menunjuk perempuan yang sudah janda (bnd. Mat 23:14, Mark 12:40-43;; 1 Kor 7:8 dst).
Bila dilihat dari sudut pengggunaan kata-kata Yunani di atas, maka kata yang paling sering digunakan dalam Perjanjian Baru adalah kata gune, yaitu dipakai sebanyak 209 kali, yaitu menunjuk kepada arti perempuan atau wanita.
Dari pemahaman di atas penyebutan kata perempuan atau wanita menunjukkan sapaan penghormatan, kehebatan kepada perempuan dan bukan sebaliknya perendahan atau penghinaan. Namun dalam prakteknya perlakuan terhadap perempuan atau wanita sangat bertentangan. Perempuan sering diperlakukan buruk dan tidak manusiawi serta diperlakukan sebagai kelompok yang diabaikan atau kelompok yang lebih rendah dari laki-laki. Sehingga apa yang dinamakan penghargaan dan penghormatan terhadap perempuan sangat jauh dari harapkan kita saat ini. Dari pemahaman orang Yunani kedudukan seorang perempuan sangat direndahkan. Perempuan dianggap sebagai inferior kelas yang lebih rendah dibanding dengan kaum laki-laki. Pernah terjadi di tahun 475-425 BC seorang wanita Yunani tidak boleh menampakkan wajahnya ke luar rumah dari jendela atau pintu rumah mereka. Juga ada sebuah puisi yang merendahkan status perempuan yaitu: “Kita sebagai wanita tidak boleh keluar rumah sesuka hati kita, tetapi kita harus menunggu laki-laki kita”. Istri tidak boleh menceraikan suaminya, sedangkan suami dapat menceraikannya setiap waktu. Sejak dini perlakuan terhadap anak perempuan Yunani sangat diskriminataif. Misalnya anak-anak laki-laki orang Athena diawasi dan dijaga dengan ketat, disekolahkan, diajari untuk membaca dan menulis, dibekali pendidikan puisi, musik dan gymnastik (olah raga, atletik dan semacamnya), sedangkan anak perempuan tidak disekolahkan, hanya tinggal di rumah saja. Kaum wanita / istri tidak diperbolehkan bercakap-cakap dengan orang lain di luar keluarganya sendiri, bahkan komunikasi dengan suaminya sangat dibatasi. Sehingga ada ungkapan “Hai wanita diam merupakan perhiasan bagi wanita”. Diam dan perhiasan adalah sesuatu yang paling cantik bagi perempuan, dan tetap membisu di rumah”. Dalam hal ini Aristotels menyebut “silence gives grace to women” (diam mendatangkan anugerah bagi wanita). Penulis Yunani yang bernama Sophocles dan Aristophanes menjelaskan bahwa seorang anak bernama Telemachus memarahi ibunya Penelope saat ibunya sedang berbicara kepada laki-laki, karena alasananya :berbicara adalah haknya laki-laki”. Perempuan juga sangat direndahkan misalnya, pikiran wanita adalah jahat, tujuannya penuh tipu muslihat, hatinya tidah murni. Dan wanita dicela sebagai orang yang pembawa dosa ke dunia ini, perempuan tidak dapat dipercaya. Oleh sebab itu perempuan tidak punya status sosial apa-apa. Bila seorang ibu melahirkan anak laki-laki sangat disambut dengan sukacitanya, maka dia dibiarkan hidup, tetapi sebaliknya bila yang lahir adalah anak perempuan maka anak itu akan dihabisi atau dibunuh. Seorang suami Yunani bernama Hilarion pernah berkata kepada istrinya yang sedang mengandung: “bila ia melahirkan anak laki-laki, biarlah lah dia hidup, tetapi bila lahir anak perempuan, lemparkanlah dia”. Karena anak-laki-laki adalah lebih penting dari ibunya sendiri. Perlakuan terhadap wanita, sejak dini (lahir) hingga dewasa dalam budaya Yunani benar-benar sangat direndahkan, bahkan wanita atau perempuan tidak punya status sosial. Semuanya ini menunjukkan bahwa perempuan di mata orang Yunani sangat diskriminatif.
Demikian juga bila dihubungakan kedudukan perempuan dalam perspektif orang Romawi sedikit mengalami perubahan bila dibanding dengan perlakuan diskriminatif dalam budaya Yunani. Beberapa perlakuan merendahkan wanita dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari orang Romawi. Misalnya pembunuhan terhadap anak perempuan masih sering terjadi. Perempuan dalam budaya Romawi sedikit lebih bebas dibanding Yunani. Misalnya di antara anak –anak Romawi yang memiliki status sosial tinggi anak-anak mereka dapat menikmati pendidikan sekolah. Misalnya belajar tata bahasa dan membaca. Bila ada tamu di kelurga orang Romawi, seorang istri tidak dapat duduk dan makan dengan tamunya. Demikian juga ada pembatasan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Hal ini didukung oleh hukum lex Voconia (hukum yang diberlakukan sekitar tahun 169 BC) bahwa seorang wanita harus tunduk sepenuhnya terhadap suami, dan si istri tidak berhak memperoleh harta warisan. Misalnya seorang suami dapat menceraikan si istri bila sang istri bepergian keluar tanpa kerudung (penutup kepala), namun si istri tidak dapat menceraikan suaminya. Dan sekalipun ada wanita mendapat warisan itu hanyalah terbatas dan sedikit sekali.
Sekalipun demikian perlakukan diskriminatif terhadap wanita dam perempuaan dalam budfayay Yuanni dn Romawi tetapi Alkitab perempauan dimaknai sebagai sosok pribadi dan partner laki-laki. Perempuan dan laki-laki adalah gambar Allah (Kej 1:27). Para istri dan anak-anak perempuan dapat tampil di hadapan umum setiap hari, baik itu dalam perayaan-perayaan atau peristiwa keagamaan (bnd. Kej 24:13, Kel 2:16, Ul 12:12). Wanita juga dapat melayani di depan pintu kemah Pertemuan (Kel 38:8; 1 Sam 2:22). Demikian juga nabi perempuan yang ambil bagian dalam pelayanan, misalnya Debora (Hak 4:4-16; Huldah (2 Rj 22:14-20 dan Noaja (Neh 6:14). Perlakuan terhadap istri dan suami adalah dalam posisi equal / sama. Misalnya dengan penyebutan “Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati.” (Ams 21:17; Im 20:9, Ul 21:18-21; 27:16). Dalam fatsal terakhir kitab Amsal disebut bahwa seorang istri yang cakap adalah berharga dari pada permata (Ams 31:10). Ini menjunjukkan bahwa wanita memiliki harkat dan martabat yang sama dengan laki-laki. Perempuan itu dianggap sederajat dengan suaminya, misalnya istri dicintai, dihormati bahkan nasehatnya didengarkan (Kej 16:2; 23:2; 24:67). Contoh ini mendorong kita menyimpulkan bahwa perempuan bukanlah mahluk rendahan tetapi sejajar dengan laki-laki atau suaminya. Demikian jgua dalam PB wanita banyak mengambil peranan penting baik dalam pelayanan Yesus dan juga pelayanan Paulus. Dalam pelayanan-Nya Yesus bukan saja disertai oleh kedua belas murid-Nya, melainkan juga oleh pelayan-pelayan perempuan lainnya. Misalnya Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain (Yoh 8:2). Demikian juga Paulus dalam pelayannya banyak dibantu oleh pelayan wanita, misalnya Lidia (Kis 16:15), Febe yaitu seorang diakones yang melayani di jemaat Kenkrea (rom 16:1), Priscila, istri dari Aquila ( Kis 18:2,26, Rom 16:3). Semuanya ini menunjukkan bahwa perempuan bukanlah kelompok yang disepelakan atau yang direndahkan.Sehingga yang diharapkan Tuhan dari kita semua baik perempuan dan laki-laki adalah hubungan saling menghargai dan menghormati.
Peranan wanita dalam gaya hidup modern dan postmodern.
Dengan memperhadapakn wanita dengan gaya hidup modern dan post modern, wanita perlu memiliki sikap “selektif” terhadap budaya-budaya yang berkembang. Seperti seorang ibu yagn menampi padi ia akan memisah beras yanag ditampi. Yang baik ditampung sedang yang tidak baik dibuang jauh-jauh.
Menjadi seorang ibu tidak gampang, sebab ia harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, selain itu ia juga harus mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, bertanggung jawab dan takut akan Tuhan. Misalkan peranan seorang dalam zaman moden ini sangat sibuk dan repot; apalagi pengaruh teknologi informasi yang canggih ini dengan media selular, Internet serta ditambah dengan pergaulan bebas anak-anak muda. Dan ada yang sangat menyusahkan para orang tua, terhadap anakanya bila sudah depend on (tergantung pada) Sabu-Sabu (SS) dan Narkoba. Dengan perkembangan zaman modern, sangat rentan sekali mengubah perilaku hidup manusia termasuk keluarga. Untuk ini peranan ibu sangat diperlukan, ibu perlu menjelaskan dampak possitif da negative sebauah zaman. Dan seorang ibu atau perempuan senantiasa harus memantau anak-anaknya dan membimbing mereka ke jalan yang benar. Dengan kemajuan zaman wanita perlu juga untuk mensiasati perkembangan-perkembangan zaman. Dan juga belajar terhadap Perkembangan zaman. Contoh wanita perlu belajar menggunakan jaringan internet, face book. Dengan pemahaman ini di samping orang tua juga dapat memperoleh informasi-inforamsi terkini juga menjadi kesempatanan memberi pengarahan dan pengendalian terjadap anak-anak sehingga mereka menggnuankan waktu dan selular hp kepada tujuan yang berguana. Seorang ibu menjadi pengajara segala sesuatu yang baik.
Wanita juga dalama zaman modern dan post modern ini diharapakan untuk menjadi “garam” dan terang dunia (bnd. Mat 5: 13-16) dan tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran dunia seperti Post modernisme yang ciri khasnya menekankan relativisme. Menekanakan pangajaran yang semu. Tetapi sebaliknya wanita diharapkan sangat berperan untuk memberi pengajaran yang sesuai dengan Alkitab, misalnya dalam Yoh 14:6, jelas bahwa kebenaran adalah di dalam Yesus Kristus. Sama seperti Eunike dan Luis mengajarkan tentang firman Tuhan dan memperlihatkan keteladanan bagi Timoteus ( 1 Tim3:14-17).

Minggu, 12 Juni 2011

REFLEKSI JUBILEUM 50 TAHUN GKPS KM 7

REFLEKSI JUBILEUM 50 TAHUN GKPS KM 7
(11 Juni 1961-11 Juni 2011)
Oleh
Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
(Dosen dan Direktur Pasca Sarjana STT Abdi Sabda Medan)

PENGANTAR
Kita bersyukur kepada Tuhan atas penyertaanNya terhadap gerejaNya GKPS KM 7 yang tetap eksis melaksanakan Tri-Tugas gereja: Bersekutu, Bersaksi dan Melayani hingga saat perayaan 50 tahun sudah Gereja KM 7 eksis di dunia ini. Tentu momentum perayaan 50 tahun menjadi suatu pesta syukuran kepada Allah atas kebaikan dan kesetiaanNya menyertai, menguatkan serta memberkati perjalanan gerejaNya hingga kini. Namun bukan hanya sebagai momentum syukuran saja tetapi juga sebagai introspeksi diri sejauh mana hidup kita sudah membangun persekutuan yang bersifat inclusif bukan eklusif, egaliter, bermurah hati terhadap sesama, serta berupaya memikirkan pembebasan orang-orang yang terikat dalam berbagai bentuk kekerasan dan perbudakan saat ini. Tentu hal itu dapat terwujud bila prinsip-prinsip persekutuan Tahun Sabat dan Tahun Yobel kita maknai dan berlakukan dalam persekutuan hidup kita. Untuk itulah kita semua terpanggil melalui Jubileum 50 tahun GKPS KM 7 ini kiranya mendorong kita lebih mewujudkan pembebasan dari berbagai bentuk ketertindasan, ketertinggilan dan keterikatan-keterikatan dalam berbagai bentuk dan bukan sebaliknya menjadi penindas-peindas kecil. Kiranya lewat semangat dan roh J 50 ini Tuhan Yesus sang aktor pembebas itu memperlengkapi dan menguatkan kita menjadi pembebas dalam berbagai bentuk dan bukan sebaliknya menjadi penindas-penindas kecil di tengah keluarga, jemaat maupun masyarakat.
SELINTAS TENTANG JUBILEUM
Kata Jubileum berasal dari akar kata Yobel dalam bahasa Ibrani, yang artinya domba jantan (ram). Arti kata Yubileum ini mengacu kepada “tanduk” domba jantan yang digunakakan sebagai terompet yang digunakan untuk menyanyikan dan mengumandangkan suka cita karena karya Tuhan yang membebaskan orang-orang yang tertindas. Dalam arti ini tepat sekali kata Jubileum dalam bahasa Inggris disebut “Jubilation” artinya sorak-sorai kegirangan. Dan orang yang bersorak-sorai kegirangan disebut jubilant atau jubilaris. Pelaksanaan Tahun Yobel dilaksanakan sekali dalam lima puluh tahun sesuai dengan kentuan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Menurut Christoper J.H. Wright bahwa latarbelakang perayaan Jubileum ini terkait dengan institusi ekonomi, yaitu yang berkaitan dengan Keluarga (family) dan tanah (Land). Selama pelaksanaan Tahun Sabat (Kel 23:11; Im 25:1-7) tanah tidak boleh ditanami, para budak harus dibebaskan dan hutang-hutang dilunasi (Im 25:35-38) . Demikian juga selama tahun Yobel (Im 25:8-12) semua keluarga Israel harus dikembalikan kepada status awal mereka dan demikian juga harta benda harus dikembalikan kepada pemilik aslinya. Dengan prinsip ini suku-suku Israel tetap dalam satu kesatuan, kesetaraan yang seimbang atau egaliterian equilibrium. Tidak ada pembeda-pembedaan satu sama lain. Pertanyaan kita adalah mengapa ada keluarga yang dikembalikan kepada aslinya, para budak dibebaskan dan utang-utang dilunaskan? Hal ini terkait dengan masyarakat Israel ketika itu, di mana bila ada orang miskin dia dapat meminjam uang kepada orang kaya (kredditor), dan biasanya uang pinjaman harus dibayar dengan bunga yang sangat mahal. Bila peminjam (debtor) tidak dapat membayar utang-uangnya, maka konsekwensinya dia dijadikan menjadi budak tuannya, sebagai pembayararan dari hutang-hutangnya (bnd. 2 Rj 4:1; Yer 34:8-16). Namun ketika tahun Yobel tiba maka sang budak harus dibebaskan, dan demikian juga uang- yang dipinjam menjadi lunas. Demikian juga rumah-rumah dan ladang-ladang yang selama ini telah disita namun dengan hadirnya tahun Yobel dikembalikan kepada pemilik awal. Sebab bagi bangsa Israel tidak ada perbudakan kekal selama-lamanya, sebab mereka adalah juga hamba Allah dan tidak punya hak monopoli tanah untuk selama-lamanya alasannya, sebab tanah adalah milik Allah. Oleh karena itu Tahun Yobel menjadi momentum suka cita bagi orang-orang yang miskin dan terpinggirkan / marginalize. Suka cita ini disebabkan karena hutang-hutangnya lunas, budak dibebaskan, tanah dan rumah-rumah yang disita dikembalikan serta pengampunan bagi orang tawanan. Dengan prinsip-prinsip tahun Yobel ini kepada kita diperlihatkan aksi Allah untuk pencegahan kemisikinan kekal dan mengusahakan tindakan kesamaan di antara sesama anak-anak Allah manusia. Dengan kata lain lewat aksi karya Allah ini Artinya Pemberlakun prinsip-prinsip tahun Yobel ini nyata penggenapannnya di dalam pelayanan Yesus di bumi. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat 11:4-5). Yesus juga meruntuhkan segala tembok-tembok pemisah dalam masyarakat. Yesus menjamah orang kusta yang dianggap najis, menjamah perempuan yang sakit pendarahan (Mrk 5:25-34), Yesus juga mau duduk sama satu meja dengan orang –orang yang dicap secara sosiial dipinggirkan seperti pemungut cukai dan orang berdosa. Semuanya tindakan Yesus ini menjadi bukti nyata sikap solidaritasNya kepada setiap orang yang dipinggirkan disepelakan di tengah-tengah masyarakat. Ini menjadi contoh keteladanan yang berharga bagi kita saat ini. Yesus tidak mempermalukan dan tidak menggagap rendah orang lain tetapi Dia menempatkan manusia dalam posisi yang sama sebagai gambar atau citra Allah. Bahkan kita adalah anak-anak Allah tanpa ada pilih kasih. Bila kita hubungakn kembali ke Tahun Yobel hutang-hutang yang tak terbayarkan oleh manusia dibebaskan, (diputihkan) demikian juga dalam Perjanjian Baru Yesus dalam aksi solidaritsnya melunasi hutang dosa mansia yaitu melalui pengampunanNya (Mat 18: 21-35). Semuanya tindakan ini memperlihatkan solidaritas Yesus yaitu untuk membangun persekutuan yang inclusive di tengah-tengah kehidupan umat manusia.




REFLEKSI JUBILEUM 50 TAHUN GKPS KM 7

1. Perayaan Jubileum 50 tahun merupakan Tahun spesial bagi kita. Jubileum menjadi tahun suka cita dan tahun pembebasan. Kristus telah menggenapi tahun Jubileum di dalam Perjanjian Baru melalui hidup dan perkataan yang disampaikanNya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku: untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Apakah yang kita boleh refleksikan dalam hidup kita saat ini? Tentu kita mengharapkan ada pembebasan terjadi di dalam hidup kita. Kebebasan apakah yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita, dalam keluarga dan dalam persekutuan jemaat ini? Misalnya bebas dari sikap dendam, iri hati dan kebencian kepada sesama. Bandingkan bebas dari berbagai penyakit seperti yang disampaikan oleh Rahmat Affandi dalam bukunya “Hentikan Kebiasaan berbahaya bagi Anak”. Dia menyebutkan ada 15 kebiasaan orang tua yang membahayakan perkembangan anak. Beberapa contoh untuk yang perlu kita bebaskan yaitu penyakit ASMA (asal marah), TBC (terlalu bawel dan cerewet, KUDIS (kurang disipilin, BISUL (Bapak Ibu sibuk urusan keluarga terlantar), POLIP (Pola asuh inkonsisten dan permisif) dll. Bebas dari berbagai penindasan termasuk mengenai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Bebas dari kuasa-kuasa kegelapan atau perdukunan. Dan kita semua terpanggil untuk mengentaskan kemiskinan, ketertinggilan dalam berbegai bentuk. Bagaimana kita mewujudkan ini? Mari kita diskusikan dan konkritkan bersama-sama.
2. Perayaan J 50 tahun ini menjadi moment introspeksi bagi hidup kita untuk memperlihatkan sikap bermurah hati seperti yang dipesankan Yesus kepada setiap muridNya, “Hendaklah kamu murah Bebas dari hati, sama seperti BapaMu adalah murah hati” (Luk 6:36). Dan sikap bersyukur tentu inilah panggilan kita bersama mengubah keadaan, di dalam persekutuan dan keluarga kita untuk memperlihatkan sikap belas kasih kepada sesama tanpa membeda-bedakan. Tentu Allah lebih berkenaan kepada kita bila hidup kita memperlihatkan kemurahan hati, perduli dan mempraktekkan kebenaran dari pada ritual, doa, ibadah rutinitas semata-mata. Mari renungkan dalam-dalam dan refleksikan apa yang disebut hamba Tuhan ini: “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58:6-7; bnd. Amos 5:21, 24).
3. Dengan perayaan Jubileum 50 tahun in, persekutuan, kesaksian dan pelayanan kita semakin nyata gereja ini menjadi gereja yang inklusif, gereja yang terbuka, dan menjadi berkat bagi sesame tanpa ada kesan memisah-misahkan sekalipun kita memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman, dan keadaan sosial yang berbeda.Karena memang kita adalah satu di dalam Kristus dan tidak ada pembedaan atau pemisah-misahan (Gal. 3:28). Mari kita refleksikan melalui tindakan dan perbuatan terhadap sesaae anggota dan juga terhadap masyarakat di sekitar gereja ini. Inilah jemaat yang penuh tanggung jawab dan jemaat yang menjadi kesukaan bagi Tuhan Yesus bila kesatuan, kesaksian dan pelayanan nyata bagi sesame (bnd. Gereja Kristen mula-mula, persekutuan mereka ditandai dengan kasih satu sama lain, persekutuan ditandai dengan persekutuan yang inklusif dan bukan ekslusif ( baca Kis 2:44-47) dan buahnya nayata banyak jiwa-jiwa yanag percaya kepada Yesus adalah uhan dan Juruselamat..

4. Dengan rasa syukur kita kepada Tuhan atas J 50 tahun GKPS KM 7 mari wujudnyatakan kepedulian kepada anggota jemaat, termasuk peduli dalam persoalan-persoalan yang sedang dihadapi jemaat ini. Moment J 50 ini menyadarkan kita kembali pentingya meningkatkan kunjungan pelayanan pastoral kepada jemaat. Hal ini sesuai dengan penuturan seorang ibu anggota jemaat pertama GKPS KM 7 menyebutkan bahwa saat ini ada beberapa anggota pemuda GKPS ini di mana kedua orang tua mereka sudah meninggal dunia, mereka sangat membutuhkan perhatian dan kunjungan kita. Demikian juga ada orang tua (ibu) sudah lama tidak pernah datang ke gereja ini bahkan sudah hampir ada 10 tahun, demikian juga sesuai dengan penuturan Pengantar Jemaat GKPS KM 7 (St. Drs. Joseph saragih) menyebtukan masih ada beberapa onggota jemaat ini khususnya bapa (suami) sama sekali tidak pernah datang ke kebaktian minggu dan kebaktian partonggoan di sector kecuali di rumahnya sendiri. Semuanya ini menjadi tantangan bagi gereja untuk memikirkan bagaiamana metode yang relevan sehingga jemaat Tuhan merasakan bahwa dia telah dibebaskan dari dosa dan kematiannya. Dengan adanya J50 ini mari kita pikirkan hal-hal apa yang relevan dapat kita kerjakan sehinggga jemaat Tuhan dapat terlayani dengan baik. Momentum j 50 mari ubah cara paradigma kita yaitu lebih memprioritaskan pelayanan kepada anggota jemaat, dan bukan gedung phisik gereja. Dengan J 50 tahun mari kita tinggalkan segala bentuk perbudakan / parjabolonan di tengah-tengah keluarga, misalnya bebas dari perbudakan karena ketergantungan dari Narkoba, keterikatan parjabolonan kuasa-kuasa kegelapan. Dan hidup kita kiranya menjadi contoh pembebas dalam berbagai bentuk bukan sebalaknya penindas dan pelaku kekerasan di tengah-tengah keluarga.
5. Sejak berdirnya gereja KM 7 ini tanggal 11 Juni 1961, awalnya jemaat ini beranggotakan hanya 11 keluarga, namun karena kuat kuasa Roh Kudus memberkati persekutuan dan kesaksian serta pelayanan, sehingga jemaat ini terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Jemaat KM 7 saat ini berjumlah 182 keluarga, dan 684 jiwa. Satu sisi bila dihitung dari jumlah perkembangan statistik ini selama 50 tahun hanya rata-rata sekitar 14 keluarga pertahun penambahannya. Ini menunjukkan perkembangannya sangat minim, namun di sisi lain jemaat ini sudah memekarkan (manjaehon) beberapa jemaat, seperti GKPS Helvetia, GKPS Sei Semayang dan GKPS Sola Gratia Medan. Keadaan ini menunjukkan jemaat ini sudah dapat digolongkan sebagai jemaat Induk dan jemaat yang dewasa. Kerinduan kita jangan nantinya jemaat yang dimekerakan lebih maju dan dewasa dibandingkan dengan jemaat induknya tetapi marilah kita sama-sama bertumbuh dan berbuah yang lebat menjadi kesaksian bagi warga dan masyarakat. Sehingga dengan semangat Jubileum 50 tahun GKPS KM 7 kita juga akan membutktikan sub thema tahun 2011: “Pasirsir Hita ma Kuria in Ase matoras Ibagas na Mandalankon pandiloon ni Tuhan” (Ephesus 4:11-14) menjadi nyata dalam kehiduapn keseharian kita dan itu semua demi kemuliaan Tuhan Yesus.
6. Selamat ber J50 Tuhan Yesus memberkati.

Daftar kepustakaan:
Abineno, J.L. Ch. Manusia dan Sesamanya di Dalam Dunia, Jakarta: BPK GM, 1987.
Baker, David L, Tight Fist or Open Hands, Wealth and Poverty in Old Testament Law, Grand Rapids, Mic / Cambridge: 2009.

Sipayung, Jonriahman “The Attitudes of Paul Towards Slaves and Slavery in Philemon and Theological Implication For Modern Slavery”, Dissertation, Hong Kong : Lutheran Theological Seminary, 2008.
Thompson, J.Milburn, Keadilan & Perdamaian Tanggung Jawab Kristiani dalam Pembangunan Dunia, ter. Oleh Jamilin Sirait dkk, Jakarta: BPK GM, 2009.
Vaux, Roland de, Ancient Israel Vol.1, New York: MCGraw-Hill Paperback, 1961.
Wright, Christoper J.H. “Jublee, Year Of” dalam The Anchor Bible Dictionary, vol 3 H-J, David Noel Freedman (ed), New York: Doubleday, 1992.

Medan 17 Mei 2011


Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung.

Khotbah Minggu Exaudi: John 7:37-38

Khotbah Minggu Exaudi: John 7:37-38 (05 Juni 2011)
“Yesus adalah Sumber Air Hidup”
Syalom saudara—saudara rasanya hidup tanpa air tidak dapat kita bayangkan bagaimana susahnya dan repotnya. Coba kita bayangkan saja di Perumnas ini tidak jalan air dua hari saja. Semuanya akan repot dan heppot dan teriak-teriak. Di rumah kami STT Abdi Sabda sering kekurangan air. Sehingga ibu di rumahpun sering mengeluh bagaimana ini tidak ada air. Apapun tidak bisa di kerjakan. Bahkan bukan saja ndak bisa cuci piring, masak air untuk di kamar mandi, untuk air toilet tidak ada. Ini pertanda hidup tanpa air mendatangkan masalah. Bukan hanya masalah keluarga, tetapi juga masalah nasional dan masalah global. Di mana tidak ada air di situ akan lahir masalah kehidupan. Karena itu PPB sudah mencangkan ada Hari Air Sedunia yaitu tanggal 22 Maret setiap tahun. Tujuannya supaya kita perlu menjaga pentingnya pelestarian lingkungan, pentingnya untuk menghemat penggunaan air. Karena banyak orang menderita saat ini karena kekurangan air. Saya pernah melhat sebuah di dalam film seoran orang tua karena tidak ada lagi air, air kencing kerbau pun mereka tampung untuk air minum.
Masalah air itu bukan hanya masalah jasmani, duniawi saja, tetapi ini juga mendapat perhatian penting dalam Alkitab. Masih ingatkah kita bagaiamana bangsa Israel yang kekurangan makanan dan minuman ketika dalam perjalanan di padang gurun, mereka bersungut-sungut dan akhirnya Tuhan memberikan makanan dan minuman untuk menghidupi mereka. Air sangat penting bagi manusia dulu dan sekarang. Dalam Matius 10:42 disebutkan: “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
Demikian juga dalam pemberitaan firman hari ini menjelaskan tentang Air. Yesus menyebutkan dalam perayaan pesta pondok Daun di Yerusalem itu Dia menyebut “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum” (ay.37). Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah sumber air minum. Yesus adalah sumber pelepas dahaga. Yesus adalah sumber kekuatan yang baru. Hal ini erat dengan apa yang sudah disampaikan Tuhan Yesus kepada perempuan Samaria: Barang Siapa minum air ini ia tidak haus lagi” (Yoh 4:13).
Yesus menyebutkan : “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Ini adalah undangan bagi setiap orang tanpa ada pemisahan. Ini tidak dialamatkan hanya untuk satu marga, misialnya hanya marga Siahaan, Sinaga, atau Sipayung, tapi untuk semua marga. Ini bukan hanya dialamatkan kepada kelompok-kelompok tertentu saja, gereja tertetnu saja, atau hanya kepada yang punya jabatan tertentu, tetapi untuk semua orang yang merasa haus. Dan kepada kita saat ini yang hadir di ruangan ibadah ini terpanggil juga untuk datang dan minum dari Tuhan Yesus.
Saudara yang terkasih di sini ada perkataan haus dan datang. Orang yang haus inilah yang datang kepada Tuhan, orang yang lapar inilah yang datang kepada Tuhan Yesus untuk diberi kepuasan dan kenyang. Orang yang letih dan lesu kita datang kepada Yesus. Kalau kita hubungkan dengan diri kita apakah yang mendorong kita datang kepada TUhan saudara-saaudara?
Apakah karena kita haus, atau karena kita lapar, karena kita menderita? Ya kalau kita haus akan kasih Allah, kita haus dan lapar akan anugerah Allah. Kita rindu kiranya Tuhan menguatkan kita. Saya kira inilah yang mendorong kita untuk selalu mau hadir ke gereja Tuhan. Kita yakin Dialah sumber air kehidupan yang memberikan kita suka cita dan kelegaan dalam menjalani kehidupan yang ada.
Tapi saudara di zaman modern ini ada orang datang ke gereja bukan karena haus akan anugerah Tuhan, haus akan berkat Tuhan, namun sebaliknya dia haus akan kuasa, sehingga dia harus dihormati, perkataannya harus dilakukan kalau tidak dia kan ngambek. Ada orang yang datang haus akan pujian, karena itu dia harus dipuji-puji, di sanjung dan kalau dia menyumbang harus namanya dipampang secara besar-besar, kalau tidak begitu jangan harap dia mau nyumbang lagi. Ada juga yang datang ke gereja dengan berlian bergelimang tapi pelit sekali untuk menyumbang, Ada yang datang dengan mobil menawan, tapi jarang sekali ikut pelayanan, ada datang untuk bersaksi,tapi hanya untuk kebanggaan pribadi. Ada juga orang mau datang ke gereja dengan mau menjadi pelayanan gereja tetapi mempunyai jiwa bukan pelayan tetapi pedagang. Artinya dia mau untuk mendapatkan berkat yang melimpah. Aku sudah jual, kamu harus beli. Jiwa seperti ini bisa saja muncul di benak kami sebagian para pengkhotbah , pendeta, karena itu kalau khotbah sudah ada yang main target-targetan, kalau tidak sebegini besarnya saya tidak mau. Itulah jiwa seorang pedang dan bukan pelayan.
Saudara-kekasih kita datang ke rumah Tuhan adalah karena ucapan syukur kita Tuhan telah memberikan makanan,dan kebutuhan hidup bagi kita, bahkan kebutuhan rohani, Dia Kristus rela memberikan air kehdiupan, yaitu hidup yang kekal kepada setiap orang yang datang dan percaya kepdaNya. Sehingga kehadirann kita di dalam persekutuan adalah tanda kehadrian yang bersyukur, atas kasih dan anugerah Tuhan keapda kita. Sebab kita sudah melihat dan sudah mengtahui bahwa keselamatan, kehidupan yang kekal sudah menajdi milik kita karena itu kita yakin dan percaya terhadap Yesus.
Dan saudara orang yang datang kepda Yesus, bukan hanya dituntut dia percaya dan yakin tetapi hidupnya diundang untuk menglirkan aliran-aliran air hidup (ay.38). Artinya kita diundnag Tuhan juga menjdi sarana berkatNya untuk berbagi kasih, untuk berbagi kepedulian kepada orang lain.Kita sudah diberi oleh Yesus Kristus air kedidupan yang tidak pernah habis. Ini mendorong kita untuk juga mau berbagi dan bersaki, perduli kedapa orang lain. Sama aseperti orang samria yang telah mendpat kan air hdup itu dia berbsaksi kepda banyak orang mengenai Yesus. Saduara kekasih ada sebuah cerita yaitu seorang anak kecil sedang makan ayam goreng bersama ayah orang tuanya. Anak ini lahap sekali menikmati makan ayam goreng yang dibelikan oleh bapanya. Tiba-tiba bapa ini berkata , anak bolehkah saya minta sedikit ayamnya. Kata anak itu jangan tidak boleh, karena itu kan punya saya, sambil menjauhkan ayam goreng yang ada di depannya. Saudara-saudara secara akal pandangan anak ini adalah tidak tepat. Sebab ayam itu adalah pemberian orang tuanya, tentu sang ayah berhak untuk mengambil dan mina ayam itu dari anaknya. Namun anaknya tidak mau sama sekali memberinya. Saudara - saudara kerap kali dalam hidup kita juga seperti seorang anak itu, kita sudah diberkati Tuhan, sudah diberi air kehidupan dan di saat Tuhan meminta sedikt saja waktu, tenaga, uang atau juga hati kita supaya kita berbagi kepada orang yang membuthkan kita menolaknnya dengan berbagai alasan. Kita menganggap semua itu adalah milik kita. Padahal Tuhan menghendaki kita supaya bertolong-tolongan menanggung beban saudara-saudara kita. (bnd. Gal 6:2).
Karena itu saudara Kita bersyukur atas air kehidupan yang sudah dialirkan di dalam tubuh dan kelaurga ktia masing-masing. Yesus rela mati mencurahkan darahNya di kayu, dia mati untuk kehidupan kita. Terima kasih atas anugerahMu. Engkau telah memberi air hidup itu dengan Cuma-Cuma, gratis kepada kami. Oleh karena itulah tolong dan kuatkanlah kami lewat Roh Kudus supaya kami juga rindu untuk datang dan bergantung hanya kepada Tuhan Yesus bukan datang dan bergantung kepada kuasa-kuasa kegelapan, atau bergantung kepada kemampuan kekuatan kami sendiri. Dan biarlah tindakan Yesus memberi kebutuhan bagi kita memberkati kita dapat kita bagikan kepada orang lain melalui aksi berbagi kasih, berbagi kepedulian, pertolongan sehingga air mata yang ada di sekitar kita boleh menjdi mata air. Artinya kesedihan yang diderita oleh sesama kita boleh terbantu, lewat sikap kasih dan kepedulian kita buat mereka . Dengan hidup seperti ini semakin banyak orang melihat dan percaya Yesus adalah sumber air kehidupan yang kekal. Amin.